Minggu, 30 Oktober 2016

LAPORRAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI STERILISASI AUTOKCLAF

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnose mikrobiologis, sterilisasi sangat diutamakan baik alat-alat yang siap pakai maupun medianya. Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetativ maupun spora. Oleh karena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik sterilisasi karena merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratorium mikrobiologi.
Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang mengkontaminasi media. Sterilisasi adalah proses untuk menjadikan alat-alat terbebas dari segala bentuk kehidupan.
Pada saat sekarang ini ,dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan, maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada mikrooorganisme yang tak dapat di lihat dengan mata telanjang/berukuran kecil. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Para peneliti mulai mencari tahu akan apa yang terkandunng pada mikroorganisme tersebut. Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara-cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula pengenalan akan alat-alat laboratorium mikrobiologi serta teknik/cara penggunaan alat-alat yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk memudahkan keberlangsungan suatu penelitian. 
Autoklaf merupakan alat yang berfungsi untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan (pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 1210C).

1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum sterilisasi menggunakan autoklaf ini adalah :
1.        Mengetahui pengertian sterilisasi.
2.        Mengetahui tekanan, suhu dan berapa lama waktu yang digunakan autoklaf dalam mensterilisasi alat.
3.        Memahami prinsip cara kerja autoklaf.
4.        Mengetahui media/bahan yang di sterilkan maupun yang tidak disterilkan dengan autoklaf.
5.    Mengetahui cara mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat.

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Teori
Sterilisasi merupakan  suatu proses  untuk  mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja  yang dapat tembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110-121. Sterilisasi dalam setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme atau usaha untuk membebaskan alat dan bahan dari segala bentuk kehidupan terutama mikrobia (Fardiaz 1992: 4).
Autoclaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur jaringan tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121°C . Sterilisasi dengan autoklaf adalah salah satu metode sterilisasi dengan uap air di bawah tekanan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media kultur jarinan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media diunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in² (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit (Torres 1989: 1).


 











Bagian-bagian dari Autoklaf :
1.    Tombol pengatur waktu mundur (timer), berfungsi untuk mengatur waktu saat akan menggunakan autoklaf.
2.    Katup pengeluaran uap, berfungsi sebagai tempat keluarnya uap dari dalam autoklaf ketika sedang berlangsung proses sterilisasi.
3.      Pengukur tekanan, berfungsi untuk mengukur tekanan autoklaf. Biasanya dimulai sejak tekanan 2 atm.
4.       Kelep pengaman, berfungsi sebagai pengunci dibagian pintu/penutup autoklaf.
            5.       Tombol on-off, berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan autolaf.
            6.       Termometer, berfungsi sebagai pengukuran suhu di dalam autoklaf.
7.      Lempeng sumber panas, berfungsi sebagai sumber tekanan tinggi dan panas suatu autoklaf yang dimanfaatkan untuk mematikan mikroba.
8.    Aquades (dH2O), berfungsi sebagai pelarut yang akan menampung kotoran/mikroorganisme yang mati akibat proses sterilisasi.
9.     Sekrup pengaman, berfungsi sebagai pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf.
10.  Batas penambahan air, berfungsi sebagai ciri/tanda untuk jumlah air yang dimasukkan kedalam autoklaf.

Pada suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 15-30 menit, namun untuk medium yang tidak mudah rusak dapat dilakukan pada suhu atau tekanan yang sedikit lebih tinggi. Sterilisasi dengan bahan kimia yaitu bahan kimia tertentu sering digunakan untuk sterilisasi alat maupun bahan. Etanol 70% sering digunakan untuk sterilisasi permukaan pada alat yang sering dikombinasi dengan pembakaran pada api. NOCl (natrium hipoklorit) dan formalin juga sering digunakan untuk sterilisasi permukaan atau disinfestasi permukaan atau disinfeksi permukaan (Torres 1989: 1).
Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan  tersebut bebas dari mikrobia, baik dalam bentuk vegetative ataupun spora. Suatu benda atau substansi hanya dapat dikatakan steril atau tidak steril, tidak  akan pernah mungkin ada setengah steril atau hampir steril. Untuk sterilisasi alat dan medium digunakan sterilisasi dengan mengunakan alat yang disebut autoclave. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh bakteri dan cendawan yang melekat pada eksplan maupun pada alat serta bahan yang digunakan dalam penanaman eksplan (Fardiaz 1992: 4).
Menurut Pramono (2007: 1), bahwa metode sterilisasi alat dan bahan tanaman juga dilakukan sterilisasi dalam kegiatan  kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril,  yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.  Sterilisasi lingkungan kerja yaitu sterilisasi yang dilakukan dalam penanaman eksplan agar mendapat tempat atau ruang yang steril dan bebas dari mikroorganisme. Tempat untuk menanam dan memindahkan eksplan yaitu disebut Laminar Air Flow. Dengan dihembuskannya aliran udara halus  dari blower melalui suatu filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) dengan pori-pori kurang dari 0,3 µm. Fungsi aliran udara ini yaitu dapat mencegah kontaminan yang air borne selama penanaman. Sebelum bekerja, bagian dalam laminar disterilkan dengan alcohol 70% dan diratakan dengan tissue, kemudian dilanjutkan dengan menyalakan lampu UV selama 0,5-1 jam untuk mematikan kontaminan di permukaan tempat kerja.
Sterilisasi alat dan media dilakukan pada alat-alat seperti botol, erlenmeyer, beaker glass, petridish, pinset, scalpel, gunting, jarum ose, dll sebaiknya sebelum disterilisasi peralatan dicuci denga detergen kemudian dibilas dengan aquades dan dikeringkan. Kemudian dibungkus dengan kertas merang. Temperatur yang digunakan untuk sterilasasi alat-alat dengan autoclave 121°C pada tekanan 17,5 psi selama 20-30 menit. Sterlisasi bahan tanam yaitu bahan tanam yang ada dilapangan banyak mengandung debu, kotoran-kotoran dan berbagai kontaminan hidup pada permukaan. Apabila kontaminan ini tidak dihilangkan maka media yang mengandung gula, vitamin, dan mineral merupakan sumber energy bagi kontaminan yang ada. Prinsip sterilasasi eksplan adalah dapat mematikan kontminan tanpa membunuh eksplan, karena baik kontaminan maupun eksplan merupakan benda hidup. Berhasilnya teknik sterilsasi merupakan langkah awal keberhasilan dalam kerja kultur in vitro (Hadioetomo 1993: 1).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaaa panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi panas kering atau radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan, karena metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin dilaboratorium mikrobiologi ialah yang menggunakan panas,maka didalam kegiatan ini metode yang akan dibahas lebi terperinci (Hadioetomo,1993).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf (pada hakikatnya autoklaf adalah presure cooker berukuran besar) atau sterilisation uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan uap jenuh bertekanan pada suhu 121°C selama 15 menit. Karena naiknya titik didih air menjadi 121°C itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer (atm) pada ketinggian permukaan laut, maka daur sterilisasi tersebut seringkali juga dinyatakan sebagai 1 atm selama 15 menit. Namun perlu diingat bahwa pernyataan ini hanya berlaku pada tempat-tempat yang tingginya sama dengan permukaan laut. Pada tempat-tempat yang lebih tinggi, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk mencapai satu suhu 121°C (Hadioetomo, 1993).
Panas lembab sangat efeltif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang akan disterilkan dilepaskan sebanyak 686 kalori pergram uap air pada suhu 121°C. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian mematikannya. Maka sterilisasi basah dapat mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus oleh uap air (minyak misalnya tidak dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110°C dan 121°C (Hadioetomo, 1993).
Oleh karena itu metode ini merupakan sterilisasi yang paling efektif dan ideal karena :
a.         Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.
b.        Bersifat non toksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol (Lukas, 2006).
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan membutuhkan suhu tinggi serta waktu yang lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembapan tidak ada panas laten. Sebagai contoh, albumim telur dengan kelembapan baru menggumpal pada 56°C, sedangkan tanpa kelembapan baru menggumpal pada suhu 160-175°C. Karena bentuk kehidupan yang paling tahan panas yaitu endospora bakteri, berprilaku seakan–akan tidak memiliki kelembapan, maka panas kering (oven) harus mencapai suhu 160°-175°C untuk dapat mematikannya. Pemansan seperti ini menjamin bahwa suhu pada benda-benda yang dipanaskan dalam oven akan mencapai 160° - 175°C selamanya sekurang-kurangnya 10 menit (Hadioetomo, 1993).
Beberapa media atau bahan yang tidak di sterilkan dengan autoklaf adalah :
·           Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik dan enzim.
·           Pelarut organik, seperti fenol.
·           Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS.
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
·           Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat.
·         Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
·           Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar.
·           Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf.
·           Jangan mensterilkan larutan agar dengan pH < 6,0.



 BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 1 April 2014 pukul 14.00-15.40 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu kertas A4, pulpen, dan tipe-x untuk menggambar, serta Autoklaf sebagai objek/alat yang dipelajari praktikan.

3.3  Cara Kerja
Cara penggunaan autoklaf yaitu :
i.          Memulai penggunaan alat.
1.        Pastikan power supply terhubung ke steker listrik.
2.      Tekan tombol ON yang ada d sisi kanan MAIN UNIT, lampu kontrol panel akan menyala dan pada display alat akan muncul beberapa parameter.
ii.        Mengecek tekanan alat
1.         Buka tutup chamber.
2.         Pastikan tekanan alat pada posisi 0 kPa.
       A.  Mengecek botol pembuangan air
1.    Pastikan bahwa level air dalam botol berada pada level diatas minimum dan di bawah maksimum.
2.        Pengisian air jika dibutuhkan, prosedur sebagai berikut :
a)        Matikan MAIN UNIT setelah diketahui bahwa temperatur cukup dingin.
b)        Buka panel pintu depan dan tarik botol pembuangan danngan perlahan.
c)         Pegang selang dan secara perlahan tarik selang tersebut dari botol.
d)        Buka tutup botol bagian atas, isi air melalu lubang masuk sampai batas minimum.
e)         Tekan tutup botol, dan kembalikan botol tersebut pada posisi semula.
f)         Tutup kembali panel pintu depan.
        B.  Mengecek air untuk sterilisasi
1.         Buka tutup chamber dan pastikan air dalam chamber tidak kotor atau tidak terkontaminasi.
2.         Jika air dalam chamber kotor atau terkontaminasi maka air dibuang dengan cara membuka “drain cock” .
3.         Cek level air yang diisikan didasar “bucket” chamber.
4.         Jika sterilisasi dengan cairan yang besar, maka air yang diisikan harus lebih banyak, sekitar 5 cm diatas dasar “bucket”.
5.         Tambahkan air jika diperlukan sampai level air diatas dasar mangkok chamber.
        C.  Menempatkan material yang akan disterilisasi
1.         Tempatkan material yang akan di sterilkan ke dalam keranjang stainlees.
2.      Tempatkan keranjang stainless yang telah berisi material yang akan disterilisasi ke dalam chamber dengan hati-hati dan perlahan.
3.         Tutup chamber dengan menggeser tutup alat.
4.         Tutup katup secara hati-hati dengan memutarnya searah jarum jam sampai rapat.
         D.  Memilih metode pengoperasian alat
1.         Tekan mode key untuk memilih mode.
2.         Pilih Sterilizing Mode.
3.         Cek panel display untuk meyakinkan bahwa proses sterilisasi sedang dipilih.
4.         Set temperatur dan waktu sesuai dengan kebutuhan dengan menekan tombol segitiga di alat sesuai dengan kegunaan.
5.         Jika setting tombol sudah lengkap lampu indikator akan menyala dan sudah siap beroperasi.
6.         Memulai bekerja.
a.      Tekan tombol start lampu display mode akan menyala dan mengindikasikan setiap tahap sterilisasi sedang berjalan
b.     Ketika menekan tombol start (sebelah kanan) sebuah pesan ERROR akan tertera pada display kemudian tunggu 10 detik sebelum menekan.
c.       Tombol start kembali.
E. Mematikan Alat
1.      Apabila proses sterilisasi telah selesai, maka alat akan berbunyi 3 kali.
2.      Apabila suhu chamber telah turun sampai 97º C, maka alat akan berbunyi 6 kali.
3.    Apabila suhu chamber telah turun sampai 60º C, maka alat akan berbunyi 10 kali yang menandakan bahwa proses pendinginan telah
Selesai.
4.      Apabila langkah 1-3 telah dilalui, maka tekan tombol Stop.
5.      Pastikan tekanan alat telah mencapai 0 Kpa.
6.      Buka katup alat terlebih dahulu dengan memutarnya berkebalikan dengan arah jarum jam.
7.      Geser tutup alat.
8.      Keluarkan keranjang stenlis beserta bahan dan alat yang disterilisasi.
9.      Pastikan tidak ada bahan maupun alat yang tertinggal.
10.  Tutup kembali alat.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
4.1.1     Fungsi Autoklaf
Adapun fungsi autoklaf secara umum adalah :
·     Mensterilkan alat-alat laboratorium dari mikroorganisme dengan uap dan tekanan tinggi.
·    Membunuh endospora.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum sterilisasi menggunakan autoklaf ini, praktikan dikenalkan dengan alat autoklaf dan diberikan penjelasan tentang prinsip kerjanya. Autoklaf merupakan suatu instrumen yang selain banyak digunakan di laboratorium biologi tetapi juga banya terdapat di instansi rumah sakit karena alat ini berfungsi sebagai sterilisasi. Parameter utama yang ada di dalam alat ini adalah suhu dan tekanan dimana uap dengan suhu tinggi dan bertekanan tersebut berfungsi untuk membunuh bakteri dalam proses sterilisasi. 
Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100°C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus stearothermophilus. Untuk mengetahui kinerja dari autoklaf ini selain dilakukan kalibrasi secara berkala juga dapat divalidasi dengan menggunakan suatu indikator biologi yang khusus untuk test performa autoklaf ini.
Cara kalibrasi autoklaf
       Untuk mendeteksi jika autoklaf dapat bekerja dengan baik dan sempurna, dapat dilakukan pengujian  mikroba yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacilllus Stearothermophilus. Dalam bentuk kertas spora strip dimasukkan kedalam autoklaf dan disterilkan, setelah proses sterilisasi kemudian ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka autoklaf bekerja secara baik.
Bagian-bagian Autoklaf
1.  Tombol pengatur waktu mundur (timer), berfungsi untuk mengatur waktu saat akan menggunakan autoklaf.
2.  Katup pengeluaran uap, berfungsi sebagai tempat keluarnya uap dari dalam autoklaf ketika sedang berlangsung proses sterilisasi.
3.   Pengukur tekanan, berfungsi untuk mengukur tekanan autoklaf. Biasanya dimulai sejak tekanan 2 atm.
4.   Kelep pengaman, berfungsi sebagai pengunci dibagian pintu/penutup autoklaf.
            5.    Tombol on-off, berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan autolaf.
            6.    Termometer, berfungsi sebagai pengukuran suhu di dalam autoklaf.
7.    Lempeng sumber panas, berfungsi sebagai sumber tekanan tinggi dan panas suatu autoklaf yang dimanfaatkan untuk mematikan mikroba.
8. Aquades (dH2O), berfungsi sebagai pelarut yang akan menampung kotoran-kotoran/mikroorganisme yang mati akibat proses sterilisasi.
9.    Sekrup pengaman, berfungsi sebagai pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf.
10.    Batas penambahan air, berfungsi sebagai ciri/tanda untuk jumlah air yang dimasukkan kedalam autoklaf.
Jenis-jenis Autoklaf
Terdapat tiga jenis autoklaf, yaitu gravity displacement, prevacuum atau high vacuum, dan steam-flush pressure-pulse. Perbedaan ketiga jenis autoklaf ini terletak pada bagaimana udara dihilangkan dari dalam autoklaf selama proses sterilisasi.

a.         Gravity Displacement Autoclave

Udara dalam ruang autoklaf dipindahkan hanya berdasarkan gravitasi. Prinsipnya adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan udara, sehingga udara terletak di bawah uap. Cara kerjanya dimulai dengan memasukan uap melalui bagian atas autoklaf sehingga udara tertekan ke bawah. Secara perlahan, uap mulai semakin banyak sehingga menekan udara semakin turun dan keluar melalui saluran di bagian bawah autoklaf, selanjutnya suhu meningkat dan terjadi sterilisasi. Autoklaf ini dapat bekerja dengan cakupan suhu antara 121-134°C dengan waktu 10-30 menit.

b.        Prevacuum atau High Vacuum Autoclave

Autoklaf ini dilengkapi pompa yang mengevakuasi hampir semua udara dari dalam autoklaf. Cara kerjanya dimulai dengan pengeluaran udara. Proses ini berlangsung selama 8-10 menit. Ketika keadaan vakum tercipta, uap dimasukkan ke dalam autoklaf. Akibat kevakuman udara, uap segera berhubungan dengan seluruh permukaan benda, kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga proses sterilisasi berlangsung. Autoklaf ini bekerja dengan suhu 132-135°C dengan waktu 3-4 menit.
c.         Steam-Flush Pressure-Pulse Autoclave
Autoklaf ini menggunakan aliran uap dan dorongan tekanan di atas tekanan atmosfer dengan rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoklaf ini tergantung pada benda yang disterilisasi.
Prinsip kerja autoklaf
      Uap panas yang dihasilkan autoklaf bersumber dari uap panas yang dihasilkan oleh api. Autoklaf dapat dioperasionalkan pada suhu 115-15000C. Sterilisasi efektif bila dilakukan pada lamanya waktu, misalnya pada media nutrisi yang volumenya 25-50ml disterilkan di autoklaf dengan suhu 1210C selama 15-20 menit pada tekanan 1.5kg/cm2. Agar autoklaf dapat difungsikan maka pemeliharaan dan perawatannya harus selalu diperhatikan.
Beberapa media atau bahan yang tidak di sterilkan dengan autoklaf adalah :
·           Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik dan enzim.
·           Pelarut organik, seperti fenol.
·           Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS.
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
·           Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone)
·         Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
·           Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar.
·           Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf.  



BAB V
PENUTUP
5.1  Simpulan
Sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan kehidupan khususnya miikroba dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Hal ini perlu dilakukan agar alat-alat laboratorium steril sehingga ketika digunakan kembali, zat-zat/mikroba didalamnya tidak ikut bereaksi.
Autoklaf merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan tekanan 15 Psi (2 atm) dan suhu 1210C.  Waktu yang digunakan Autoklaf yaitu 15-20 ment. Autoklaf ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik.
Terdapat tiga jenis autoklaf, yaitu gravity displacement, prevacuum atau high vacuum, dan steam-flush pressure-pulse. Perbedaan ketiga jenis autoklaf ini terletak pada bagaimana udara dihilangkan dari dalam autoklaf selama proses sterilisasi.
Agar autoklaf dapat difungsikan maka pemeliharaan dan perawatannya harus selalu diperhatikan, seperti :
1.        Memperhatikan petunjuk penggunaan terutama terkait dengan bahan yang akan disterilisasi.
2.        Kestabilan arus listrik merupakan hal yang wajib buat alat ini.
3.        Lap semua bagian alat menggunakan kain bersih yang kering.
Pada praktikum sterilisasi menggunakan autoklaf ini, praktikan dikenalkan dengan alat autoklaf dan diberikan penjelasan tentang prinsip kerjanya. Autoklaf tidak digunakan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium yang mudah terbakar, karena autoklaf sendiri memiliki tekanan/suhu yang sangat tinggi. 
5.2 Saran
      Disarankan bila memungkinkan praktikum mengenai sterilisasi selanjutnya dilaksanakan juga teknik sterilisasi dengan cara penyaringan (filtrasi) dan tyndalisasi.


DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.
Penyusun. 2010. Modul petunjuk praktikum mikrobiologi umum Laboratorium Agroekoteknologi.  Untirta.
Pramono. 2007. Sterilisasi dalam Kultur Jaringan. http://sterilisasi-dalam-kultur-jaringan.blogspost.com/2012/09/kultur-jaringan.html. 1 ± 2 diakses pada tanggal 8 November 2012.
http://blacksky21.blogspot.com/2009/06/autoclave-fungsi-untuk-membunuh-kuman.html

1 komentar: