Senin, 31 Oktober 2016

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

I.     PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bertambah besarnya suatu makhluk hidup merupakan suatu tanda bahwa makhluk hidup tersebut tumbuh.pada hewan dan tumbuhan, pertumbuhan ditandai dengan pertambahan tinggi atau besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran makhluk hidup yang sifatnya tidak dapat kembali lagi. Pada makhluk hidup yang hanya terdiri atas satu sel, pertumbuhan ditunjukan oleh bertambahnya sel tersebut. Penambahan tinggi tumbuhan, penambahan besar diameter tumbuhan, dan penambahan tinggi suatu tumbuhan merupakan bukti bahwa tumbuhan tersebut tumbuh.
Mahkluk hidup tidak hanya tumbuh, makhluk hidup juga mengalami perkembangan. Jika kamu menanam biji tanaman, biji tersebut akan menjadi kecambah. Selanjutnya bukan pertambahan ukuran kecambah saja yang terjadi, namun juga perkembangan ke arah bentuk dewasa tanaman tersebut. Misalnya, biji tanaman yang kamu tanaman adalah biji kacang hijau, maka setelah berkecambah, yang terjadi bukan hanya pertambahan ukuran kecambah kacang hijau saja. Seiring dengan waktu, kecambah akan tumbuh membesar membentuk akar, daun, batang, dan menghasilkan bunga. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan makhluk hidup dengan pembentukan organ-organ yang mengarah pada kedewasaan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan, merupakan hasil interaksi antara faktor luar ( Eksternal ) dan faktor dalam ( internal ). Interaksi tersebut menghasilkan penampilan ( Fenotip ) seperti yang kita lihat. Faktor eksternal adalah hal-hal yang terdapat diluar tanaman yang berpengaruh pada tanaman itu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang termasuk faktor eksternal antara lain nutrisi yang berperan sebagai sumber bahan baku dalam proses metabolisme. Temperatur sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme, termasuk fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Cahaya merupakan syarat mutlak agar terjadi fotosintesis. Faktor internal merupakan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik secara langsung maupun tak langsung yang berasal dari dalam tumbuhan. Faktor ini terdiri atas faktor intrasel dan inter sel Faktor intrasel merupakan faktor keturunan yang dikendalikan secara genetis. Semua sifat tumbuhan yang tampak ( fenotip ) dipengaruhi faktor ini. Sedangkan faktor intersel berupa hormon. Hormon dapat mengendalikan arah dan kecepatan pertumbuhan.
Selain itu keberadaan tanamann di bumi ini sebagai produsen terbesar sangatlah penting, karena ia merupakan satu kesatuan dari rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem. Ekosisitem terdiri dari teridiri dari dua macam komponen yaitu abiotik ,yang terdiri dari tumbuhan, hewan, dan manusia. Sedangkan komponen abiotik antara lain : udara, gas, angin, cahaya, matahari, dan sebagainya. Antara komponen biotik dan abiotik saling mempengaruhi, misalnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Hasil fotosintesis di butuhkan oleh makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, kami mengadakan eksperimen untuk mengetahui apakah benar ada pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan kacang hijau
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui kurva tumbuh organ tumbuhan (akar, batang, daun) serta untuk mempelajari pengaruh
cahaya terhadap perkembangan kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus dalam gelap dan terang..




II.    TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif (Anonim, 2011).
Tumbuhan bertambah tinggi dan besar disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis pada meristem (titik tumbuh) di titik tumbuh primer dan sekunder. Kedua, pertambahan komponen-komponen seluler dan adanya diferensiasi sel. Misalnya penyerapan air ke dalam vakuola yang menyebabkan sel membesar serta terbentuknya jaringan, organ, dan individu melalui proses diferensiasi sel dan atau / spesialisasi (Anonim, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dengan perkecambahan biji. Kemudian kecambah berkembang menjadi tumbuhan kecil yang sempurna, yang kemudian tumbuh membesar (Anonim, 2011).
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit qita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya (Anonim, 2011).
Tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari (Anonim, 2011).
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin , jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2011).
Istilah auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kerah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1992).
Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses pembentukan akar lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan system tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup, yang mengandung banyak auksin, dipangkas maka jumlah pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali (Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari) (Elisa, 2011).
Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya) (Elisa, 2011).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah (Elisa, 2011).
Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif) (Elisa, 2011).
P650    : mengabsorbir di daerah merah
P730    : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan (Elisa, 2011).
Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperature (Elisa, 2011):
Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap/terang.
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea & asam giberelin (Elisa, 2011).
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: (a) faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air; (b) faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat perangsang tumbuh; (c) faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh. Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan kimia. Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan fisiologis dan proses perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan dominansi apikal. Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan tersebut (Anonim, 2011).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah (Elisa, 2011).
Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-biji itu memerlukan rangsangan cahaya. Karena itu kelihatannya perkecambahan yang dikendalikan cahaya merupakan satu adaptasi tanaman yang tidak toleran terhadap penaungan. Cahaya sendiri memiliki suatu intensitas, kerapatan pengaliran atau intensitas menunjukkan pengaruh primernya terhadap fotosintesis dan pengaruh sekundernya pada morfogenetika pada intensitas rendah, tetapi sebagian memerlukan energi yang lebih besar (Zhamal, 2011).
Ekologi tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya diatur oleh dua hal yaitu penempatan daun dalam posisi dimana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Berarti diatas kanopi dan didalam komunitas yang kompleks sebagian besar daun tesebut tidak dapat mencapainya. Karena itu sebagian besar dari daun akan berada pada intensitas cahaya yang kurang dari yang dibutuhkan.
Fotosintesis dimaksimumkan untuk energi yang diterima, dengan anggapan keadaan ini menjadi dibawah titik jenuh cahaya untuk fotosintesis normal, sehingga tetap dalam kesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2 untuk fotosintesis lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkan pada respirasi dan hasil karbohidrat). Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negative akan memerlukan gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi ketegaran secara menyeluruh (Zhamal, 2011).
Adanya penyinaran sinar matahari akan menimbulkan cahaya. Sedang cahaya sangat dibutuhkan untuk :Pembentukan zat warna hijau (chlorophyll),
Pertumbuhan tanaman dan kwalitas daripada produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari 12 jam (Zhamal, 2011).


III.      METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 13 Oktober 2014 pukul 16.30-18.10 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
1.         Wadah Aqua Gelas 2 buah
2.         Kapas
3.         Benih Kacang Hijau
4.         Air
5.         Label
6.         Penggaris

3.3  Cara Kerja
         1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
         2.      Basahi kapas dengan air kemudian tiriskan
         3.      Simpan dan atur kapas kedalam wadah aqua
         4.      Simpan 3 benih kacang hijau tadi diatas kapas
         5.      Beri label pada wadah untuk disimpan di tempat gelap & terang.
         6.      Amati perkecambahan mulai dari 3, 5 dan 7 HST

3.4 Parameter Pengukuran
·      Pertambahan panjang atau tinggi tanaman
·      Mengamati daun pertama yang muncul
·      Pertambahan ukura, jumlah, volume tanaman.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

           4.1  Hasil
Tabel 1. Pertumbuhan kecambah kacang hijau dengan cahaya penuh.
HST/Tanggal
Pengamatan
Tinggi
Lebar Daun
Panjang Daun
Jumlah Daun
Plumula

15-10-2014
0
0
0
0
0

17-10-2014
0
0
0
0
0

19-010-2014
0
0
0
0
0

Tabel 2. Pertumbuhan kecambah kacang hijau pada tempat kedap cahaya
HST/Tanggal
Pengamatan
Tinggi
Lebar Daun
Panjang Daun
Jumlah Daun
Plumula

15-10-2014
0
0
0
0
0

17-10-2014
0
0
0
0
0

19-010-2014
0
0
0
0
0


4.2  Pembahasan
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu penanaman benih kacang hijau sebagai objek pengamatan dengan adanya perlakuan khusus terhadap tanaman, yaitu disimpan ditempat yang dengan pencahaaayn penuh dan ditempat yang kurang cahayanya. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman selama 1 minggu dan mengetahui perbedaan terhadap 2 perlakuan tadi. Selain itu mahasiswa pula di harapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan tumbuh/tidaknya benih tersebut. Media yang digunakan pada penanaman benih adalah kapas yang disimpan wadah aqua gelas.
Seperti yang kita ketahui bahwa kebutuhan cahaya, air, unsur hara dan oksigen setiap tanaman berbeda-beda jumlahnya, selain itu pula kecepatan tumbuh tanaman  juga berbeda-beda. Perbedaan itu bisa disebabkan oleh banyak faktor. Benih kacang hijau yang ditanam ternyata tidak tumbuh. Bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Bisa karena faktor benih yang kualitasnya kurang bagus, benih tidak dapat berkecambah atau dormansi dan ketebalan dari kulit yang dapat menyebabkan proses imbibisi air berlangsung lambat. Perendaman benih yang ideal adalah 1 malam, namun pada praktikum ini dilakukan perendaman benih yang hanya sebentar saja. Selain itu jarak antar tanam juga kurang diperhatikan, sehingga kebutuhan akan unsur hara kurang tercukupi.
Kesalahan yang dilakukan adalah kapas yang tidak ditiriskan terlebih dahulu mungkin membuat lembab, dan wadah aqua gelas yang tidak diberi lubang/fentilasi udara membuat benih membusuk/berjamur. Penyiraman yang tidak teratur pun saya rasa cukup mempengaruhi tidak tumbuhnya benih kacang hijau ini.
  Seperti yang diungkapkan oleh Lakitan dalam bukunya yaitu Dasar- dasar Fisiologi Tumbuhan, yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan biji tidak dapat berkecambah, diantaranya embrio yang masak dan impermeabilitas kulit biji terhadap air atau oksigen,  kulit biji yang terlalu keras dan tebal sehingga air dan gas/udara tidak dapat masuk, kurangnya cahaya untuk perkecambahan, embrio yang masih muda (immature) dan rendahnya kadar etilen. 
Sesungguhnya, biji/benih yang ditanam pada media tanam yang dapat menyimpan banyak air akan tumbuh lebih cepat, karena biji hanya membutuhkan air untuk mengakhiri masa dormansi (masa istirahatnya).  Contohnya seperti yang ditanam pada kapas dan tanah, biji akan cepat tumbuh. Namun pada media tanam kapas dan media tanam lain yang tidak mengandung zat hara, walaupun akan tumbuh lebih cepat pada awalnya, setelah itu pertumbuhan akan melambat karena biji yang sudah berkecambah sudah mulai membutuhkan zat hara untuk tetap tumbuh, dan tidak hanya air yang dibutuhkannya. Kapas tidak dapat menyediakan unsur hara tersebut.



V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan belum dapat disimpulkan apakah cahaya berpengaruh dalam pertumbuhan tumbuhan atau tidak. Namun ternyata perlakuan terhadap benih sebelum penanaman dan setelah penanaman sangat berpengaruh bagi proses pertumbuhan tanaman. Baik itu dari oksigen, air, cahaya matahari, tempat, media tanam harus diperhatikan dan sesuai dengan kebutuhan benih untuk dapat tumbuh.
5.2 Saran
     Untuk praktikum ini sudah dilakukan dengan baik.  Hanya saja, mengapa bahan praktikumnya tidak disimpan di daerah laboratorium kampus saja.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Auksin, http://id.Anonim.org/, diakses pada tanggal 30 november 2011, pukul 20.09 WITA.

Elisa, 2011, Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/, diakses pada tanggal 30 November 2011, pukul 20.53 WITA.

Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Latunra, A. Ilham, 2011, Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA UNHAS, Makassar.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., Ross 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.

Soerga, N., 2011, Pola Pertumbuhan Tanaman, http://soearga.wordpress.com/, diakses pada tanggal 10 November 2011, pukul 20.48 WITA. 

Zhamal, 2011, Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Biji Kacang Hijau. http:// catatanzhamal.blogspot.com/, diakses pada tanggal 30 November 2011, pukul 20.37 WITA.



LAMPIRAN 1


Tugas !
     1.      Dimanakah letak titik tumbuh pada batang?
     2.      Mengapa tanaman yang hidup dalam gelap batangnya lemah?
     3.      Mengapa kecambah yang tumbuh dalam gelap daunnya kuning pucat?

Jawab : 
    1.      Letak titik tumbuh pada batang terletak pada daerah meristematis. Batang bertambah panjang dan besar karena adanya penambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis pada titik tumbuh, pertambahan komponen seluler dan diferensiasi sel.
   2.    Hal ini disebabkan karena tanaman yang tumbuh ditempat gelap kurang mendapatkan cahaya matahari. Sedangkan aktivitas hormon auksin dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Semakin sedikit cahaya matahari maka aktivitas hormon auksin akan semakin besar, dan sebaliknya semakin banyak cahaya matahari maka aktivitas hormon auksin akan semakin sedikit. Semakin panjang maka tanaman akan semakin mudah patah (lemah).
   3.    Hal ini disebabkan karena tanaman yang tumbuh ditempat gelap kurang mendapatkan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini hormon auksin bekerja dengan baik karena tumbuhan tidak terkena cahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar