I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bertambah besarnya suatu
makhluk hidup merupakan suatu tanda bahwa makhluk hidup tersebut tumbuh.pada
hewan dan tumbuhan, pertumbuhan
ditandai dengan pertambahan tinggi atau besar.
Jadi, dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran makhluk hidup yang sifatnya
tidak dapat kembali lagi. Pada
makhluk hidup yang hanya terdiri atas satu sel, pertumbuhan ditunjukan oleh bertambahnya sel
tersebut. Penambahan
tinggi tumbuhan, penambahan
besar diameter tumbuhan,
dan
penambahan tinggi suatu tumbuhan merupakan bukti bahwa tumbuhan tersebut
tumbuh.
Mahkluk hidup tidak
hanya tumbuh, makhluk
hidup juga mengalami perkembangan.
Jika
kamu menanam biji tanaman,
biji
tersebut akan menjadi kecambah.
Selanjutnya
bukan pertambahan ukuran kecambah saja yang terjadi, namun juga perkembangan ke arah bentuk dewasa
tanaman tersebut. Misalnya, biji tanaman yang kamu
tanaman adalah biji kacang hijau,
maka
setelah berkecambah, yang
terjadi bukan hanya pertambahan ukuran kecambah kacang hijau saja. Seiring dengan waktu, kecambah akan tumbuh membesar membentuk akar, daun, batang,
dan
menghasilkan bunga. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa perkembangan
merupakan proses perubahan makhluk hidup dengan pembentukan organ-organ yang
mengarah pada kedewasaan.
Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan, merupakan hasil
interaksi antara faktor luar ( Eksternal ) dan faktor dalam ( internal ).
Interaksi tersebut menghasilkan penampilan ( Fenotip ) seperti yang kita lihat.
Faktor eksternal adalah hal-hal yang terdapat diluar tanaman yang berpengaruh
pada tanaman itu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang termasuk faktor
eksternal antara lain nutrisi yang berperan sebagai sumber bahan baku dalam
proses metabolisme. Temperatur sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme,
termasuk fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Cahaya merupakan syarat
mutlak agar terjadi fotosintesis. Faktor internal merupakan hal-hal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik secara langsung maupun tak
langsung yang berasal dari dalam tumbuhan. Faktor ini terdiri atas faktor
intrasel dan inter sel Faktor intrasel merupakan faktor keturunan yang
dikendalikan secara genetis. Semua sifat tumbuhan yang tampak ( fenotip )
dipengaruhi faktor ini. Sedangkan faktor intersel berupa hormon. Hormon dapat
mengendalikan arah dan kecepatan pertumbuhan.
Selain itu keberadaan tanamann di
bumi ini sebagai produsen terbesar sangatlah penting, karena ia merupakan satu
kesatuan dari rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem. Ekosisitem terdiri
dari teridiri dari dua macam komponen yaitu abiotik ,yang terdiri dari
tumbuhan, hewan, dan manusia. Sedangkan komponen abiotik antara lain : udara,
gas, angin, cahaya, matahari, dan sebagainya. Antara komponen biotik dan
abiotik saling mempengaruhi, misalnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari
untuk melakukan fotosintesis. Hasil fotosintesis di butuhkan oleh makhluk hidup
lainnya. Oleh karena itu, kami mengadakan eksperimen untuk mengetahui apakah
benar ada pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan kacang hijau
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui kurva
tumbuh organ tumbuhan (akar, batang, daun) serta untuk mempelajari
pengaruh
cahaya terhadap perkembangan kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus dalam gelap dan terang..
cahaya terhadap perkembangan kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus dalam gelap dan terang..
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan
adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel;
dapat pula disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat
diukur dan dinyatakan secara kuantitatif (Anonim, 2011).
Tumbuhan
bertambah tinggi dan besar disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis
pada meristem (titik tumbuh) di titik tumbuh primer dan
sekunder. Kedua, pertambahan komponen-komponen seluler dan adanya diferensiasi sel. Misalnya penyerapan air ke dalam vakuola yang
menyebabkan sel membesar serta terbentuknya jaringan,
organ, dan individu melalui proses diferensiasi sel dan
atau / spesialisasi (Anonim, 2011).
Pertumbuhan
dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dengan perkecambahan biji. Kemudian kecambah berkembang menjadi tumbuhan kecil
yang sempurna, yang kemudian tumbuh membesar (Anonim,
2011).
Tumbuhan yang pada salah satu
sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena jika
auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh
cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat.
Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti
arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan
tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit qita harus mengetahui
bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk
mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan
gelap diantaranya (Anonim, 2011).
Tanaman yang diletakkan ditempat
yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari
batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini
disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat
pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan
ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar
kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar
matahari (Anonim, 2011).
Banyak faktor yang mepengaruhi
pertumbuhan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor
eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses
perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun
faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di
pengaruhi oleh hormon auxin , jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap
maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon
auxin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan
di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di
sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya.
Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga,
2011).
Istilah auksin berasal dari bahasa
yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ini pertama kali
digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun
1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin
menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kerah cahaya. Fenomena pembengkokan ini
dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah
koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari
(Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin yang ditemukan Went, kini
diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih
menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang
struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan
IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut
adalah asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat
(IBA) (Dwidjoseputro, 1992).
Para ahli fisiologi telah meneliti
pengaruh auksin dalam proses pembentukan akar lazim, yang membantu
mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan system tajuk. Terdapat bukti kuat
yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal
pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup, yang mengandung banyak auksin,
dipangkas maka jumlah pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya
organ tersebut diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering
terjadi kembali (Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin juga memacu perkembangan
akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus
malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang
tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu
dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang
diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing
mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya
kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar
(Salisbury dan Ross, 1995).
Cahaya mempengaruhi perkecambahan
dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya
(panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari) (Elisa, 2011).
Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi
dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic
(perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi
ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji
yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya)
(Elisa, 2011).
Biji positively photoblastic yang
disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan
berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut
skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant
jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur
rendah (Elisa, 2011).
Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya
perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar
infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah
di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika
diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum
yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang
photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif) (Elisa, 2011).
P650 :
mengabsorbir di daerah merah
P730 :
mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah
(red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730. P730 inilah yang
menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan.
Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen
berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan (Elisa,
2011).
Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic
dipengaruhi oleh temperature (Elisa, 2011):
Pemberian temperatur 10-200C : biji
berkecambah dalam gelap
Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki
cahaya untuk berkecambah
Pemberian temperatur >350C :
perkecambahan biji dihambat dalam gelap/terang.
Kebutuhan akan cahaya untuk
perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan
cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti
KNO3, thiourea & asam giberelin (Elisa, 2011).
Faktor-faktor yang menyebabkan
dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: (a) faktor lingkungan eksternal,
seperti cahaya, temperatur, dan air; (b) faktor internal, seperti kulit biji,
kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat perangsang tumbuh; (c)
faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis
zat perangsang tumbuh. Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan
mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan kimia. Proses perkecambahan dalam biji
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan fisiologis dan
proses perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada
tunas-tunas lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal
dengan dominansi apikal. Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur
fisiologis tumbuhan tersebut (Anonim, 2011).
Perkecambahan biji adalah
kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing
harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu
proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan.
Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin
dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena
daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat
penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah
(Elisa, 2011).
Biji-bijian dari banyak spesies tidak
akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-biji itu memerlukan rangsangan
cahaya. Karena itu kelihatannya perkecambahan yang dikendalikan cahaya
merupakan satu adaptasi tanaman yang tidak toleran terhadap penaungan. Cahaya
sendiri memiliki suatu intensitas, kerapatan pengaliran atau intensitas
menunjukkan pengaruh primernya terhadap fotosintesis dan pengaruh sekundernya
pada morfogenetika pada intensitas rendah, tetapi sebagian memerlukan energi
yang lebih besar (Zhamal, 2011).
Ekologi tanaman dalam kaitannya
dengan intensitas cahaya diatur oleh dua hal yaitu penempatan daun dalam posisi
dimana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Berarti diatas kanopi dan
didalam komunitas yang kompleks sebagian besar daun tesebut tidak dapat
mencapainya. Karena itu sebagian besar dari daun akan berada pada intensitas
cahaya yang kurang dari yang dibutuhkan.
Fotosintesis dimaksimumkan untuk energi yang diterima, dengan anggapan keadaan ini menjadi dibawah titik jenuh cahaya untuk fotosintesis normal, sehingga tetap dalam kesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2 untuk fotosintesis lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkan pada respirasi dan hasil karbohidrat). Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negative akan memerlukan gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi ketegaran secara menyeluruh (Zhamal, 2011).
Fotosintesis dimaksimumkan untuk energi yang diterima, dengan anggapan keadaan ini menjadi dibawah titik jenuh cahaya untuk fotosintesis normal, sehingga tetap dalam kesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2 untuk fotosintesis lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkan pada respirasi dan hasil karbohidrat). Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negative akan memerlukan gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi ketegaran secara menyeluruh (Zhamal, 2011).
Adanya penyinaran sinar matahari
akan menimbulkan cahaya. Sedang cahaya sangat dibutuhkan untuk :Pembentukan zat
warna hijau (chlorophyll),
Pertumbuhan tanaman dan kwalitas daripada produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari 12 jam (Zhamal, 2011).
Pertumbuhan tanaman dan kwalitas daripada produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari 12 jam (Zhamal, 2011).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 13 Oktober 2014
pukul 16.30-18.10 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
1.
Wadah Aqua Gelas 2 buah
2.
Kapas
3.
Benih Kacang Hijau
4.
Air
5.
Label
6.
Penggaris
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Basahi
kapas dengan air kemudian tiriskan
3. Simpan
dan atur kapas kedalam wadah aqua
4. Simpan
3 benih kacang hijau tadi diatas kapas
5. Beri
label pada wadah untuk disimpan di tempat gelap & terang.
6. Amati
perkecambahan mulai dari 3, 5 dan 7 HST
3.4
Parameter Pengukuran
·
Pertambahan panjang atau tinggi tanaman
·
Mengamati daun pertama yang muncul
·
Pertambahan ukura, jumlah, volume tanaman.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pertumbuhan kecambah kacang
hijau dengan cahaya penuh.
HST/Tanggal
|
Pengamatan
|
|||||
Tinggi
|
Lebar Daun
|
Panjang Daun
|
Jumlah Daun
|
Plumula
|
||
15-10-2014
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
17-10-2014
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
19-010-2014
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Tabel 2. Pertumbuhan kecambah kacang hijau pada tempat
kedap cahaya
HST/Tanggal
|
Pengamatan
|
|||||
Tinggi
|
Lebar Daun
|
Panjang Daun
|
Jumlah Daun
|
Plumula
|
||
15-10-2014
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
17-10-2014
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
19-010-2014
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4.2 Pembahasan
Percobaan
yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu penanaman benih kacang hijau
sebagai objek pengamatan dengan adanya perlakuan khusus terhadap tanaman, yaitu
disimpan ditempat yang dengan pencahaaayn penuh dan ditempat yang kurang
cahayanya. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati proses pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman selama 1 minggu dan mengetahui perbedaan terhadap 2
perlakuan tadi. Selain itu mahasiswa pula di harapkan dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan tumbuh/tidaknya benih tersebut. Media
yang digunakan pada penanaman benih adalah kapas yang disimpan wadah aqua
gelas.
Seperti yang kita
ketahui bahwa kebutuhan cahaya, air, unsur hara dan oksigen setiap tanaman
berbeda-beda jumlahnya, selain itu pula kecepatan tumbuh tanaman juga berbeda-beda. Perbedaan itu bisa
disebabkan oleh banyak faktor. Benih kacang hijau yang ditanam ternyata tidak
tumbuh. Bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Bisa karena faktor benih yang
kualitasnya kurang bagus, benih tidak dapat berkecambah atau dormansi dan
ketebalan dari kulit yang dapat menyebabkan proses imbibisi air berlangsung
lambat. Perendaman benih yang ideal adalah 1 malam, namun pada praktikum ini dilakukan
perendaman benih yang hanya sebentar saja. Selain itu jarak antar tanam juga
kurang diperhatikan, sehingga kebutuhan akan unsur hara kurang tercukupi.
Kesalahan yang
dilakukan adalah kapas yang tidak ditiriskan terlebih dahulu mungkin membuat lembab,
dan wadah aqua gelas yang tidak diberi lubang/fentilasi udara membuat benih
membusuk/berjamur. Penyiraman yang tidak teratur pun saya rasa cukup
mempengaruhi tidak tumbuhnya benih kacang hijau ini.
Seperti
yang diungkapkan oleh Lakitan dalam bukunya yaitu Dasar- dasar Fisiologi Tumbuhan, yang menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan biji tidak dapat berkecambah, diantaranya embrio yang masak dan impermeabilitas kulit
biji terhadap air atau oksigen, kulit
biji yang terlalu keras dan
tebal sehingga air dan gas/udara
tidak dapat masuk, kurangnya cahaya untuk perkecambahan, embrio yang
masih muda (immature) dan rendahnya kadar etilen.
Sesungguhnya, biji/benih yang
ditanam pada media tanam yang dapat menyimpan banyak air akan tumbuh lebih
cepat, karena biji hanya membutuhkan air untuk mengakhiri masa dormansi (masa
istirahatnya). Contohnya seperti yang ditanam pada kapas dan tanah, biji
akan cepat tumbuh. Namun pada media tanam kapas dan media tanam lain yang tidak
mengandung zat hara, walaupun akan tumbuh lebih cepat pada awalnya, setelah itu
pertumbuhan akan melambat karena biji yang sudah berkecambah sudah mulai
membutuhkan zat hara untuk tetap tumbuh, dan tidak hanya air yang
dibutuhkannya. Kapas tidak dapat menyediakan unsur hara tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan belum
dapat disimpulkan apakah cahaya berpengaruh dalam pertumbuhan tumbuhan atau
tidak. Namun ternyata perlakuan terhadap benih sebelum penanaman dan setelah
penanaman sangat berpengaruh bagi proses pertumbuhan tanaman. Baik itu dari
oksigen, air, cahaya matahari, tempat, media tanam harus diperhatikan dan
sesuai dengan kebutuhan benih untuk dapat tumbuh.
5.2 Saran
Untuk praktikum ini sudah dilakukan dengan baik. Hanya saja, mengapa bahan praktikumnya tidak
disimpan di daerah laboratorium kampus saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2011, Auksin, http://id.Anonim.org/,
diakses pada tanggal 30 november 2011, pukul 20.09 WITA.
Elisa, 2011,
Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/, diakses pada tanggal 30 November
2011, pukul 20.53 WITA.
Dwidjoseputro,
D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Latunra, A.
Ilham, 2011, Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA UNHAS, Makassar.
Salisbury,
F.B. dan Ross, C.W., Ross 1995, Fisiologi
Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.
Soerga, N.,
2011, Pola Pertumbuhan Tanaman, http://soearga.wordpress.com/, diakses pada tanggal 10 November 2011, pukul 20.48
WITA.
Zhamal,
2011, Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Biji Kacang Hijau. http:// catatanzhamal.blogspot.com/,
diakses pada tanggal 30 November 2011, pukul 20.37 WITA.
LAMPIRAN
1
Tugas !
1.
Dimanakah letak titik tumbuh pada batang?
2.
Mengapa tanaman yang hidup dalam gelap batangnya
lemah?
3.
Mengapa kecambah yang tumbuh dalam gelap daunnya
kuning pucat?
Jawab :
1.
Letak titik tumbuh pada batang terletak pada
daerah meristematis. Batang bertambah panjang dan besar karena adanya
penambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis pada titik tumbuh,
pertambahan komponen seluler dan diferensiasi sel.
2. Hal ini disebabkan karena tanaman yang tumbuh
ditempat gelap kurang mendapatkan cahaya matahari. Sedangkan aktivitas hormon
auksin dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Semakin sedikit cahaya
matahari maka aktivitas hormon auksin akan semakin besar, dan sebaliknya
semakin banyak cahaya matahari maka aktivitas hormon auksin akan semakin
sedikit. Semakin panjang maka tanaman akan semakin mudah patah (lemah).
3. Hal ini disebabkan karena tanaman yang tumbuh
ditempat gelap kurang mendapatkan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak
terkena matahari disebut etioplas.
Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini
hormon auksin bekerja dengan baik
karena tumbuhan tidak terkena cahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar